Rabu, 19 November 2014

"Kegiatan Kamu Nekat Banget..."

Senin, 28 Juli 2014; Hari pertama Idul Fitri 1435 Hijriah. Seperti idul fitri yang sebelumnya rumah nyai, panggilan saya ke nenek dari bapak, selalu ramai. Sudah pasti ramai dengan kedatangan anak-cucu-cicit, selain itu juga kedatangan rombongan keluarga dari adik-adik dan keponakan nyai. Salah seorang keponakan nyai, saya panggil ncing atau bibi, yang sudah 2 tahun terakhir tinggal di Makassar juga datang untuk bersilaturahim yaitu Bi Lilis dan Om Putro. Saat Bibi Lilis mau pulang setelah bersalaman saya ucapkan "sampai bertemu di Makassar pada 31 Agustus". Nampak kaget sekali begitu tau saya mau ke Makassar kemudian Bi Lilis memastikan dengan bertanya "serius nih?".  Saya jawab, "ya serius lah, jadi gak percaya nih?" Langsung dia panggil Om Putro untuk kasih tau niat yang diucapkan. Bi Lilis bertanya kembali "ada acara apa ke Makassar?" Langsung saya jawab, "gowes dari Manado ke Makassar". "Wah edan ini sih," responsnya.

Minggu, 17 Agustus 2014; Tiba di Manado berarti semakin dekat nih rencana untuk berkunjung ke rumah Bi Lilis dan Om Putro di Makassar.

Senin, 18 Agustus 2014; Start kegiatan Jelajah Sepeda Manado-Makassar 2014 di kawasan Boulevard Kota Manado.


Lokasi start di Kota Manado, awal perjalanan menuju Makassar dengan tujuan bertemu dengan sanak famili di sana.

Rabu, 20 Agustus 2014; Hari ketiga penjelajahan sepeda di tanah Sulawesi. Setelah 2 jam sejak start rombongan beristirahat di pantai daerah Bolaang Mongondow. Saya mengabarkan ke Bi Lilis kalau saat itu sudah berada di Bolaang Mongondow dalam 11 hari kedepan rencana untuk berjumpa di Makassar akan terlaksana. Tapi, jawaban kabar via bbm adalah pagi itu Bi Lilis bertolak ke Jakarta karena kondisi nyai, mamanya Bi Lilis, sedang drop sehingga masuk ke icu. Sempat lemas dapat kabar seperti itu dan sempat berpikir alamat gak jadi nih ketemuan di Makassar. Bi Lilis sih bilang kalau dia ke Jakarta sendiri saja, Om Putro n anak-anak ada di Makassar jadi kalau nanti datang saja ke rumah. Sesaat setelah mendapat kabar kalau nyai sedang drop kesehatannya langsung kirim pesan ke Dian untuk tanya sama bapak-ibu tentang keadaan nyai yang sebenarnya.


Lokasi pantai di Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara.
Pantai di Marina Cottage, Ampana, Sulawesi Tengah.

Selasa, 26 Agustus 2014; Pekan terakhir perjalanan penjelajahan dengan sepeda di Sulawesi. Sore itu di penginapan di Tomoni, Mangkutana, Sulawesi Selatan, kembali saya berkomunikasi via bbm dengan Bibi Lilis untuk mengetahui kabar terakhir kesehatan dari nyai. Dia mengabarkan kalau kondisi nyai sudah membaik dan bisa merespons ketika ada yang menjenguk. Rencananya Bi Lilis mau balik ke Makassar keesokan harinya karena merasa sudah lama meninggalkan Om Putro dan anak-anak di Makassar. Kabar menyenangkan ini membangkitkan kembali rencana untuk berjumpa di Makassar.

Sabtu, 30 Agustus 2014; Hari-hari menjelang finish di Makassar. Etape yang panas ketika menyusuri jalan dari Pinrang menuju Pangkep yang berakhir di Wisma Semen Tonasa yang letaknya hanya berjarak sekitar 50 km dari Makassar. Rencana untuk bertemu dengan Bi Lilis, Om Putro, dan saudara-saudara semakin jelas di depan mata. Tak terasa perjalanan di tanah Sulawesi sudah mencapai hari ke-13. Luarrrr biasa...sudah banyak waktu kebersamaan dengan keluarga yang saya korbankan, peluh yang mengucur deras, hingga semangat yang selalu menjadi pemicu agar tetap kuat dan sehat.

Minggu, 31 Agustus 2014; Hari penjelajahan di Sulawesi yang memasuki hari ke-14. Tak sabar rasanya untuk segera sampai di titik finish yaitu di Monumen Mandala, Makassar. Sayangnya, pada etape terakhir ini rombongan jelajah mendapatkan peserta tambahan yaitu Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu sehingga ritme kayuhan menurun drastis. Biasanya untuk jalan datar kecepatan rata-rata bisa mencapai 30 km/jam sedangkan hari itu menjadi 19 km/jam. Kecepatan tersebut berhasil membuat pesepeda turing menjadi terkantuk-kantuk sehingga terkesan menjadi antiklimaks dari penjelajahan ini. 34 km selepas start tim dokter jelajah sepeda memvonis ibu mentri untuk tidak melanjutkan bersepedanya karena tekanan darahnya turun hingga 80/50. Keputusan dokter dilakukan di daerah Sudiang yang merupakan wilayah rumah tinggal Bi Lilis dan Om Putro. Hanya saja batere BB yang saya miliki sudah lemah jadi komunikasi tidak berjalan lancar. Pukul 02.00 wita, rombongan jelajah sepeda finish di Monumen Mandala. Kegembiraan langsung diungkapkan oleh seluruh peserta dengan saling bersalaman dan berpelukan karena sudah melewati 14 hari bersama-sama dari utara hingga selatan Pulau Sulawesi sejauh 1.596 km.


Lokasi finish di Monumen Mandala, Makassar.
Sore menjelang maghrib, pesan masuk lewat bbm yang isinya nyai di Jakarta kembali kritis dan semua anaknya sudah pada kumpul hanya Bi Lilis yang belum datang. Kabar itu membuat suasana hati kembali tidak enak padahal posisi saya sekarang sudah di Makassar ibaratnya sudah di depan mata untuk mewujudkan niat yang terucap sejak akhir Juli. Rencana untuk berjumpa dengan Bi Lilis dan Om Putro kembali mengawang karena tidak mungkin saya meminta mereka untuk menjemput saya di Hotel Santika. Saya sempat balas chat dengan meminta alamat rumahnya biar saya yang mengunjungi dengan menggunakan jasa taksi. Mungkin membaca permintaan itu Bi Lilis dan Om Putro menjadi kasihan karena saya orang yang baru di Makassar takutnya malah gak sampai ke rumahnya. Sesaat kemudian telepon selular saya berdering  ada panggilan masuk yang ternyata Bi Lilis yang menghubungi saya dan mengabarkan bahwa mereka sekeluarga yang akan mendatangi hotel sekalian jalan-jalan tapi tunggu adik-adik selesai mengerjakan tugas.

Pukul 19.30 wita, setelah selesai makan malam di lantai 11 saya langsung turun ke lobby untuk menunggu kedatangan Bi Lilis sekeluarga. Sempat lama juga menunggu kedatangannya sehingga saya berkesempatan ngobrol-ngobrol dengan rekan mototorist. Motorist adalah rekan-rekan biker yang membantu dalam memperlancara perjalanan rombongan jelajah sepeda mulai dari start hingga finish. Oleh karena itu, rekan-rekan motorist juga menjadi dekat dengan seluruh pesepeda. Akhirnya, saat yang ditunggu-tunggu tiba juga. Mata saya langsung tertuju ke pintu lobby hotel begitu ada keluarga dengan 2 anak mulai masuk, ahhhh ini dia yang saya tunggu. Setelah bersalaman dengan Bi Lilis dan berpelukan tanpa terasa air mata ini keluar dengan sendirinya. Rasanya seperti sudah ketemu dengan keluarga meskipun masih di Makassar. Sambil berpelukan sama-sama menceritakan keadaaan yang terjadi pada sore hari dan saya tak lupa untuk meminta maaf karena harus dikunjungi. Setelah itu bersalaman dengan Om Putro, Bang Irsyad, dan Kaka Sakha. Sayangnya Kaka Ita gak ikut karena sudah harus kembali ke asrama sekolah.


Bertemu dan melepas kangen dengan Bibi Lilis dan Abang Irsyad di lobby Hotel Santika Makassar.

Di kursi lobby lah kami melepas kangen dan bersenda gurau. Keadaan kami saat itu hanya bisa menerima kabar dari Jakarta mengenai kondisi nyai. Kembali Bi Lilis menanyakan kenapa saya harus gowes sepeda dari Manado sampai Makassar, berapa hari yang dilalui, berapa jarak yang ditempuh. Saya menjawab semua keingintahuan Bi Lilis terhadap apa yang sudah saya lakukan selama 14 hari perjalanan. Saya membuktikan janji yang telah terucap bahwa pada akhir Agustus akan berjumpa di Makassar, memang terkesan aneh karena untuk menjumpai Bi Lilis harus naik sepeda, kembali Bi Lilis berucap bahwa apa saja yang lakukan selama 14 hari tersebut merupakan kegiatan yang super nekat sudah menempuh jarak sejauh 1.596 km dengan bersepeda. Mulai dari pantai, bukit yang tak ada habisnya, gunung, dan sungai yang dijumpai selama perjalanan. Saya pun tertawa mendengar pernyataan itu, pokoknya saya sudah bertemu dengan bibi, om, dan adik-adik di Makassar itu menjadi obat rindu saya sama keluarga di rumah. 

Waktu makin bergulir ke malam tetapi Abang Irsyad masih menagih janjinya sama abi n ummi untuk makan malam. Sebenarnya kedatangan mereka adalah untuk menjemput saya mengajak makan malam hanya saja sebelum pertemuan saya sudah makan malam bersama di hotel. Akhirnya, menjelang pukul 21.00 wita, kami keluar hotel untuk menikmati kuliner khas Makassar. Menunya dipilih untuk makan malam itu adalah makan sop sodara dengan isi kikil yang dipilihnya karena saya tidak mau mencoba jadi ya ikut saja dengan pilihan Abang Irsyad.


Menu makan malam bersama, sop sodara.

Malam semakin larut dan keesokan harinya Abang Irsyad dan Kaka Sakha harus tetap bersekolah sehingga acara makan malam bersama harus diakhiri. Setelah makan malam tidak ada tujuan lagi selain mengantar saya kembali ke hotel. Selama perjalanan kembali hingga sampai di hotel saya diberikan wejangan oleh Bi Lilis. Isi wejangannya, "Kamu tidak usah macam-macam ya sama Dian", celetuk saya emang ada berapa macam ya? Bi Lilis melanjutkan wejangannya, "karena Dian sudah bisa menjadi mantu dan istri yang baik. Dian sudah memberikan ijin kepada saya untuk menjelajah Sulawesi selama 14 hari dengan konsekuensi yang harus diterimanya". Tak terasa perpisahan harus terjadi di parkiran lobby hotel dan kembali saya memeluk Bi Lilis atas apa yang sudah disuguhkan kepada saya dan saya berjanji akan menjalankan wejangannya dan menceritakan pertemuan ini kepada nyai setibanya saya di Tangerang.

Terima kasih Bi Lilis, Om Putro, Kaka Sakha, dan Abang Irsyad atas kebersamaannya tidak lebih dari 4 jam di Makassar. Semoga lain waktu saya bersama Dian, Aleeya, dan Daneesa bisa berkunjung ke Makassar...

Senin, 1 September 2014; Kembali ke Tangerang, selamat tinggal Makassar...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar