Istilah veni vidi vici sangat popular dalam dunia olah raga. Veni vidi vici digunakan sebagai nama klub bola voli dan sepatu roda di Jakarta. Veni vidi vici berarti ‘saya datang, saya lihat, saya menang’. Ungkapan kata tersebut sebagai penggambaran dari peserta atas kemenangan yang diraih ketika ikut bertanding untuk pertama kalinya dan langsung menjadi kampiun. Perjuangan Rudy Hartono saat meraih gelar All England 1968, dengan mengalahkan Tan Aik Huang (Malaysia), merupakan partisipasinya yang pertama pada ajang tersebut dan langsung menjadi juara.
Asal kata veni vidi vici berasal dari bahasa Latin yaitu venire (datang), videre (lihat), dan vincere (menang). Frase ini diucapkan pertama oleh Julius Caesar pada 47 SM. Julius Caesar merupakan salah satu pemimpin tertinggi di Romawi. Saat itu Romawi sedang terjadi perang saudara melawan Pompey dan Pharnances II. Setelah berhasil mengalahkan Pompey dan Pharnances II, Julius Cesar menjadi kaisar Romawi yang diktator sampai akhir hayatnya. Kabar kemenangan yang diraih dalam pertempuran singkat, sekitar 4 jam, melawan Pharnaces II dari Pontus di kota Zela, sekarang terkenal dengan Zile bagian dari Turki disampaikan Julius Caesar kepada senat dengan mengucapkan veni vidi vici. Julius Caesar menganggap bahwa dalam pertempuran tersebut dirinya tidak menggunakan senjata tetapi hanya dengan melihat dan akhirnya meraih kemenangan.
![]() |
Patung Julius Caesar terbuat dari perunggu yang terdapat di Kota Roma, Italia. |
Veni vidi vici yang diucapkan oleh Julius Caesar mengalami perbedaan arti di bidang olah raga. Kata vidi yang berarti saya lihat memiliki arti yang berbeda. Di olah raga untuk meraih kemenangan tidak dengan melihat, seperti Julius Caesar saat memenangi pertempuran, tetapi dengan melakukan pertandingan. Maka arti kata veni vidi vici dalam olah raga mengalamai perubahan arti, artinya menjadi saya lihat, saya bertanding, saya menang.
(Naskah untuk rubrik Assist di Tabloid BOLA yang belum naik cetak)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar